KUNJUNGI JUGA DIBAWAH INI

Selasa, 13 Juli 2010

Pariwisata Klungkung Tahun 2007 Paket Wisata Spiritual dan Pesona Nusa Penida

Pariwisata Klungkung Tahun 2007
Paket Wisata Spiritual dan Pesona Nusa Penida

KABUPATEN Klungkung merupakan salah satu dari delapan kabupaten yang ada di Propinsi Bali. Dengan luas wilayah 315 meter persegi. Jumlah penduduknya 170.744 jiwa dan PDRB (Produk Regional Bruto) Rp 688,65 milyar. Kabupaten Klungkung terdiri atas empat kecamatan, tiga di antaranya berada di Klungkung daratan, Banjarangkan, Klungkung dan Dawan. Luas total tiga kecamatan tersebut 112, 16 kilometer persegi atau hanya meliputi satu per tiga luas total wilayah Kabupaten Klungkung.

Sementara 2/3 (dua pertiga) luas lainnya berada di Kecamatan Nusa Penida.

Dengan luas yang dimiliki, Kabupaten Klungkung memiliki potensi pariwisata yang sangat potensial untuk dikembangkan. Terutama di kawasan Nusa Penida sebagai wilayah terluas di Kabupaten Klungkung. Nusa Penida memendam berbagai potensi. Bukan saja potensi pariwisatanya, juga potensi lain seperti pembudidayaan rumput laut, peternakan dan perikanan yang notabena sangat tepat dijadikan penunjang pengembangan sektor pariwisata.

Sebagai wilayah kepulauan, Nusa Penida juga berfungsi melindungi Bali dari terjangan ombak Samudera Hindia. Pura Ratu Gede Dalem Ped juga diyakini sebagai penjaga Bali secara niskala.

Sayang, letak geografis yang terpisah dari Klungkung daratan, membuat kawasan kepulauan itu tidak mampu berkembang cepat sebagaimana kawasan lain di Bali yang berpotensi pariwisata. Akibatnya, Nusa Penida lebih dikenal dengan daerah kering, tandus, gersang dan miskin.

Dilihat dari topografinya, Nusa Penida merupakan dataran pantai yang panjangnya mencapai 70 kilometer dan beriklim pantai. Permukaan tanah di Nusa Penida pada umumnya bergelombang. Bahkan, sebagian besar berupa bukit karang yang terjal, kering dan tandus dengan tingkat kemiringan di atas 40 persen. Bukit dan gunung tertinggi terdapat di Puncak Mundi. Berbeda dengan daerah-daerah di Bali daratan, di Nusa Penida tidak terdapat sungai. Masyarakat mengandalkan mata air dan air hujan yang ditampung dalam cubang untuk memenuhi kebutuhan air bersih dalam kehidupan sehari-hari mereka.

Sekarang, Pemkab Klungkung mulai mengencangkan ikat pinggang untuk bisa berlari lebih kencang mengejar ketertinggalan. Lebih-lebih, sekarang sudah ada Dermaga Nusa Penida dengan kapal feri roro yang beroperasi setiap hari. Tentu transportasi dari/ke Nusa Penida menjadi lebih lancar. Inilah momen yang tepat bagi Klungkung untuk berpikir cepat.

Keberadaan dermaga dan kapal roro, mengharuskan Pemkab Klungkung secepatnya mengubah stigma yang selama ini melekat. Dermaga dan roro jangan sampai dimanfaatkan sebagai sarana untuk kepentingan yang bersifat sementara. Sebaliknya, menjadikan kedua sarana penting dalam memperlancar transportasi laut itu sebagai titik awal menuju perubahan. Sebagaimana fungsi dan kegunaannya, Dermaga Nusa Penida dibangun untuk membuka isolasi Pulau Nusa Penida sehingga memperlancar arus perekonomian masyarakatnya.

Sedangkan kapal roro diharapkan mampu menjadi motor penggerak (generator) dan pemacu perkembangan kawasan Nusa Penida.

Topografi kawasan yang bergelombang dan terjal, jangan dijadikan sebagai penghalang untuk pengembangan kawasan. Justru dijadikan citra kawasan yang sangat mendukung kegiatan kepariwisataan. Landscape kawasan membentuk panorama alam yang sangat indah dan ekselen.

Untuk itulah, mulai saat ini singkirkan stigma yang menempel kuat. Kemudian mengubahnya dengan semangat dan optimisme tinggi. "Sudah saatnya, sekarang kami harus berpikir optimis membangun pariwisata Klungkung, khususnya di Nusa Penida," ujar Kepala Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Klungkung, Nengah Wijana.

Wijana berobsesi menjadikan keberadaan dermaga dan kapal roro sebagai kunci perkembangan Nusa Penida, dengan menunjukkan eksistensinya dalam peta kepariwisataan Bali. Nusa Penida jangan berhenti hanya sebagai etalase yang berfungsi sebagai perpanjangan atraksi pariwisata dari Bali daratan. Tetapi, Nusa Penida harus bangkit menunjukkan eksistensi sebagai pariwisata alternatif yang menawarkan keunggulan berupa wisata bernuansa budaya Bali yang mengandalkan keindahan alam kepulauan, suasana lingkungan yang tenang, aman dan nyaman.

Nusa Penida memiliki lima Kawasan Efektif Pengembangan (KEP). Seperti KEP Tanjung Sanghyang/Lembongan yang mulai menunjukkan perkembangan kegiatan wisata. Sekarang tinggal bagaimana meningkatkan upaya pemeliharaan dan peningkatan pelayanan. KEP Jungut Batu, kegiatan wisata di kawasan itu berangsur-angsur tumbuh. Begitu juga KEP Ceningan, Ped dan KEP Suana, didominasi kegiatan pemukiman dan budi daya rumput laut. Terakhir, KEP sakti dan Toya Pakeh. Keduanya memiliki view yang sangat indah kearah Lembongan, pelabuhan Toyapakeh dan celah Ceningan serta panorama alam yang sangat atraktif. KEP Pejukutan (Tanjung Atuk), pemandangannya benar-benar indah dengan hamparan pantai berpasir putih dan alami. Kawasan tebing berkesan eksotik-dramatik dengan panorama alam lembah dan pantai yang sangat menarik.

Nusa Penida juga memiliki beberapa tempat rekreasi wisata tirta. Sangat menarik dikunjungi karena memperlihatkan kawasan bahari. Tumbuhan karang yang amat indah dengan berbagai macam jenis ikan yang hidup di dalamnya. Di samping pantai berpasir dan perbukitan yang indah, juga terdapat objek Giri Putri di Dusun Suana. Juga Karang Bolong, Pura Ped, Puncak Mundi dan lainnya. "Tepatnya, Nusa Penida sangat cocok untuk paket wisata outbond spiritual," tandas Wijana.

Kerja keras memang sangat dibutuhkan mewujudkan impian mengubah stigma tersebut. Minimal, Pemkab Klungkung harus mengambil langkah awal berupa perencanaan tata ruang wilayah, sehingga konsep ke depannya jelas. Mengembangkan perekonomian Nusa Penida dengan memberdayakan masyarakat. Bukan mengembangkan Nusa Penida yang tidak pernah memberi kesempatan masyarakat menikmati perkembangan itu. ''Kami sudah mempersiapkan semua itu. Paling tidak, untuk mencegah perkembangan Nusa Penida hanya dinikmati sekelompok orang,'' kata Wijana.

Sebelumnya, Pemkab Klungkung melalui Bappeda bersama konsultan perencana dari PT Tri Angga Utama telah menginventarisasi gagasan pengembangan kawasan wisata Nusa Penida. Di antaranya, konsep kawasan tertutup (eksklusif), daya tarik kegiatan wisata kasino, konsep yang mengedepankan unsur arsitektur tradisional Bali, pelibatan masyarakat sehingga mendapatkan manfaat nyata, konsep daya tarik kegiatan wisata yang menawarkan unsur pedesaan dan landscape alam sebagai atraksinya, tantangan/adventure yang mengandalkan estetika alam, wisata religi, kegiatan wisata pantai dan bahari serta atraksi wisata peternakan, perikanan dan rumput laut.

Kendati sangat mendambakan kehadiran investor dalam mendongkrak akselerasi pembangunan kepariwisataan di Nusa Penida, bukan berarti Pemkab Klungkung bersikap serba boleh terhadap segala bentuk investasi yang masuk ke wilayah seluas 200.000 hektar lebih itu. Tetapi, tetap ada filter, investasi mana yang boleh masuk dan mana yang tidak sesuai dengan produk hukum dan perundang-undangan yang ada.

Sementara itu, berkaitan dengan sarana-prasarana pariwisata yang sudah tersedia saat ini, Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Klungkung terus mempromosikannya pada calon wisatawan, baik lokal, domestik maupun mancanegara. Promosi dilakukan dengan penyebaran liflet, brosur. Juga bekerja sama dengan komponen-komponen pariwisata seperti travel agent, media massa dan lain sebagainya. Dengan harapan peluang pasar semakin terbuka.

Nengah Wijana mengakui perkembangan pariwisata di Kabupaten Klungkung (dominan berada di Kawasan Nusa Penida-red) belum memberi pemasukan PAD yang maksimal. Hal itu dikarenakan belum optimalnya upaya pemberdayaan potensi wisata yang ada. * bali putra

Sumber : Balipost

Tidak ada komentar:

Posting Komentar