KUNJUNGI JUGA DIBAWAH INI

Selasa, 26 Oktober 2010

LAPORAN TEORI PARIWISATA

KATA PENGANTAR
Puji dan syukur kami panjatkan kehadapan Tuhan Yang Maha Esa karena berkat rahmat-Nya, kami dapat menyelesaikan tugas teori pariwisata yang berjudul “ Teori Interaksi Host dan Guest” dengan baik.
Selesainya tugas ini diharapkan dapat memberikan informasi tambahan kepada mahasiswa pariwisata Universitas Udayana mengenai bagaimana interaksi yang terjadi antara host dan guest dilingkungan pariwisata. Serta kepada pihak lain yang memerlukan informasi ini.
Dalam materi ini dijelaskan mengenai siapa yang berperan sebagai host dan guest serta bagaimana hubungan atau interaksi yang terjadi antara host dan guest dilingkungan pariwisata.
Kami menyadari bahwa dalam penyusunan tugas ini jauh dari kesempurnaan, maka dari itu kami menerima kritik dan saran yang bersifat membangun dari para pembaca. Dan kami berharap semoga tugas ini dapat memberikan manfaat bagi mahasiswa pariwisata Universitas Udayana serta pihak yang memerlukannya.


Hormat kami,


Penulis





BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Dalam dunia kepariwisataan, tentu kita sudah banyak mengetahui tentang host dan guest yang walaupun kita mengartikannya masih hanya dalam arti sempit. Namun kita belum tentu mengetahui batasan-batasan mengenai siapa saja yang termasuk dalam kategori host dan guest. Karena dalam dunia pariwisata banyak pihak-pihak yang terkait yang dapat dikategorikan sebagai host dan guest. Selain itu juga, dalam kegiatan kepariwisataan kita harus mengetahui bagaimana hubungan interaksi yang terjadi antara host dan guest misalnya dalam pengambilan kesepakatan. Atau dapat juga kita lihat dari cara host dalam hal menjelaskan mengenai suatu destinasi kepada guest bila sedang melakukan perjalanan.
B. RUMUSAN MASALAH
Dari paparan latar belakang tersebut diatas, yang menjadi rumusan masalah adalah sebagai berikut :
1. Siapa saja pihak yang termasuk kedalam kategori host maupun guest?
2. Bagaimana interaksi yang terjadi diantara host dan guest di dalam dunia kepariwisataan?







BAB II
LANDASAN TEORI
WTO melukiskan bahwa satu dari delapan pekerja di dunia ini kehidupannya tergantung, langsung ataupun tidak langsung, dari pariwisata. Pada tahun 1995, pariwisata telah menciptakan kesempatan kerja secara langsung untuk 211 juta orang; dan pada tahun 2001, bagi 207 juta orang tenaga kerja, atau lebih dari 8% kesempatan kerja di seluruh dunia (UNEP 2002). Pada tahun 2005, diperkirakan pariwisata akan menciptakan lapangan kerja bagi 305 juta orang. Kalau mesin penggerak dalam penciptaan tenaga kerja pada abad ke-19 adalah pertanian, dan pada abad ke-20 adalah industri manufacturing, maka pada abad ke-21, mesin penggerak tersebut adalah pariwisata (Dawid J. de Villiers 1999; Salah Wahab 1999). Sehingga berlanjut pada kegiatan interaksi antara Wisatawan dan masyarakat lokal.
Pengertian wisatawan, sifat interaksi antara wisatawan dan masyarakat lokal secara umum.
1. Maryati dan Suryawati (2003) mengatakan interaksi sosial adalah kontak atau hubungan timbal balik atau interstimulasi dan respons antar individu, antar kelompok atau antar individu dan kelompok
2. Murdiyatmoko dan Handayani (2004) mengatakan interaksi sosial adalah hubungan antar manusia yang menghasilkan suatu proses pengaruh mempengaruhi yang menghasilkan hubungan tetap dan pada akhirnya memungkinkan pembentukan struktur sosial
3. Tim Sosiologi (2002) menyimpulan bahwa interaksi sosial dapat berlangsung jika memenuhi dua syarat kontak sosial dan komunikasi.
4. Urry (1990) khawatir dengan terjadinya proses kehilangan otentisitas dalam kebudayaan lokal.
5. Burns and Holden (1995) megatakan bahwa kebudayaan sebagai sumberdaya komersial.
6. Labovitz mengatakan teori sebagai ide pemikiran teoritis yang mereka definiskan sebagai menentukan bagaimana dan mengapa variabel - variabel dan pernyataan hubungan dapat saling berhubungan.
7. Neuman berpendapat teori adalah sebuah sistem dari keterkaitan abstrak atau ide-ide yang meringkas dan mengorganisasikan pengetahuan tentang dunia sosial.
8. Salah Wahab mengatakan bahwa pariwisata merupakan segala sesuatu yang berhubugn denga wisata terutama pengusahaan objek dan daya tarik wisata serta usaha yang terkait.
9. Mac Intosh (1955) mengatakan pariwisata adalah sejumlah gejala dan hubungan yang timbul,mulai dari interaksi antara wisatawan di satu pihak, peusahaan-perusahaan yang memberikan pelayanan kepada wisatawan dan pemerintah serta masyarakat bertindak sebagai tuan rumahdalam proses menarik dan melayani wisatawan yang dimaksud.
10. Menurut Leiper, pariwisata adalah suatu sistem terbuka dari unsur-unsur yang saling berinteraksi dalam suatu lingkungan yang luas, mulai dari unsur manusia seperti wisatawan, tiga unsur geografis dan unsur ekonomi.
11. Maciver dan Page mengatakan masyarakat adalah suatu sistem dari kebiasaan dan tata cara, dari wewenang dan kerjasama antara berbagai kelompok dan penggolongan, dan pengawasan tingkah laku serta kebebasan-kebebasan manusia.
12. Ralph Linton mengatakan masyarakat adalah setiap kelompok manusia yang telah hidup dan bekerja bersama cukup lama sehingga mereka dapat mengatur diri mereka dan menganggap diri mereka sebagai suatu kesatuan sosial dengan batas-batas yang dirumuskan dengan jelas.
13. Selo Soemarjan mengatakan masyarakat adalah orang-orang yang hidup bersama, yang menghasilkan kebudayaan

Sifat Interaksi
1. Transitory
Wisatawan dan masyarakat lokalberhubungan hanya sementara, sehingga tidak ada hubungan yang mendalam. Sifat interaksi yang seperti ini sering menyebabkan mereka tidak memikirkan dampak interaksi mereka terhadap interaksi yang mendatang, sehingga jarang memunculkan rasa saling percaya.
2. Ada kendala ruang dan waktu yang menghambat hubungan.
Wisatawan yang datang berkunnjung biasanya berkunjung musiman dan tidak berulang. Apalagi kenyataan bahwa fasilitas pariwisata umumnya hanya terkonsentrasi pada tempat-tempat tertentu, maka wisatawan hanya berhubungan secara intensif dengan sebagian anggota masyarakat yang secara langsung berhubungan dengan pelayanan terhadap wisatawan, sedangkan masyarakat yang jauh dari fasilitas pariwisata berhubungan secara kurang intensif.
3. Dalam mass tourism, tidak ada hubungan yang bersifat spontan antara masyarakat dengan wisatawan, melainkan sebagian besar diatur dalam paket wisata yang ditangani oleh usaha pariwisata dengan jadwal yang ketat.
4. Hubungan atau interaksi umumnya bersifat unequal dan unbalanced (tidak setara), dan pada umumnya masyarakat local merasa lebih inferior. Wisatawan lebih kaya, lebih berpendidikan, dan dalam suasana berlibur, sedangkan masyarakat local dalam suasana melakukan pekerjaan, penuh kewajiban, dan mengharapkan uang wisatawan.
Persepsi Masyarakat terhadap Wisatawan :
Menurut Doxey (1976) dengan Irindex, perubahan masyarakat lokal akibat wisatawan diklasifikasikan :
 Euphoria yaitu kedatangan wisatawan diterima dengan baik, dengan sejuta harapan.
 Apathy yaitu masyarakat menerima wisatawan sebagai sesuatu yang lumrah, interaksinya lebih menekankan komersialisasi.
 Annoyance yaitu titik kejenuhan sudah hampir dicapai, dan masyarakat mulai merasa terganggu.
 Antagonism yaitu masyarakat secara terbuka sudah menunjukkan ketidaksenangan.






BAB III
HASIL DAN PEMBAHASAN

Host dan Guest memiliki derivasi dan sangat mirip. Pada masa imperialis Host dan Guest memiliki konotasi saling bertentangan dan bermusuhan hal ini dibuktikan oleh beberapa kutipan dari tulisan beberapa ahli zaman dahulu . Namun konotasi tersebut mengalami pergeseran pada masa industrial dengan mulai munculnya akomodasi sebagai komoditas. Host dan Guest menjadi satu kesatuan dalam lembaga-lembaga yang berkaitan dengan pariwisata seperti hotel, restoran, bar dan hospitality.
Manusia dalam hidup bermasyarakat, akan selalu saling berhubungan dan saling membutuhkan satu sama lain. Kebutuhan itulah yang dapat menimbulkan suatu proses interaksi sosial. Dalam proses interaksi sosial sangat membutuhkan kontak dan komunikasi. Kontak adalah hubungan antara satu pihak dengan pihak lain yang merupakan awal terjadinya interaksi sosial, dan masing - masing pihak saling bereaksi antara satu dengan yang lain meski tidak harus bersentuhan secara fisik. Sedangkan komunikasi artinya berhubungan atau bergaul dengan orang lain. Di dalam pariwisata juga sangat membutuhkan kontak dan komunikasi, dan di dalamnya itu juga perlu di bangun kerjasama yang baik serta harus ada komunikasi timbal balik secara baik dari pemerintah pusat, pemerintah daerah, stakeholder sampai ke masyarakat lokal, bila tidak terjalin komunikasi yang baik maka akan terjadi kekacauan dan kesalahpahaman, karena bila ada ada komunikasi yang baik maka akan mempermudah pengambilan keputusan maupun kesepakatan. Interaksi yang baik pun harus terjalin bukan hanya dari pemerintah daerah setempat kepada guest yang datang, tetapi juga antara negara. Hal ini diperlukan agar tiap negara yang telah menjalin hubungan kerjasama dapat saling mengenal kebudayaan antar Negara sehingga juga mengurangi pecurian kebudayaan. Setiap daerah memiliki kebudayaan masing-masing, dan sekarang kita juga harus menyaring kebudayaan secara selektif sehingga kebudayaan asli juga tidak ikut hilang. Dalam hal penyaringan budaya secara selektif dibutuhkan kerjasama yang kuat antara host dan guest agar tidak terjadi degradasi kebudayaan serta dapat menjaga pribadi antar masyarakat untuk tidak meniru budaya yang bersifat kebarat-baratan dan lebih memilih budaya luar daripada budaya diri sendiri. Hal ini menunjukkan bahwa peranan interaksi antara host dan guest itu sangat dibutuhkan dalam dunia kepariwisataan.

DAFTAR PUSTAKA

www.buseco.monash.edu
www.academicdepartmen.com
www.lingkinghub.elsevier.com
www.sajth.com
www.hotelmule.com
www.informaworld.com
www.jurnal.sdm.blogspot.com
A.Yoeti,Oka.2008. Perencanaan dan Pengembangan Pariwisata.Jakarta.PT Padnya Paramita
Neuman, W.L.2003.Social Research Methodes:Qualitative & Quantitative
Approach.London:Sage
Wahab,Salah.1975.Tourism Management.London.Tourism International Press

Tidak ada komentar:

Posting Komentar